Tag Archives: kesehatan merpati

SILENT DISEASE

 

IMG-20140816-00053cacingan akut

Siapa mengira, 90 persen merpati mengidap cacingan? Rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya. Pemiskinan fisik hingga kecerdasan loss adalah beberapa akibatnya. Meski sering dianggap angin lalu, penyakit akibat diserapnya makanan oleh cacing di dalam tubuh merpati sebaiknya tidak diremehkan. Dampaknya bagi si penderita ternyata tak kalah berbahaya ketimbang penyakit lain. Yang menjadi korban kebanyakan adalah merpati-merpati yang mulai bermain/ makan di tanah. Nah, tanahnya itu sudah tercemar (soiled), terutama oleh kotoran merpati dan hewan lain.

Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh merpati. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa “menyerbu” tubuh merpati adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi.

“Di daerah dimana sanitasi kebersihan lingkungan masih buruk, seperti Indonesia, hampir 90 persen merpati-merpatinya pasti terkena cacingan, Ketika merpati merpati yang cacingan buang air besar di dasar kandang maupun di tanak, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dibersihkan. “Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar.”

Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh merpati melalui kulit (poripori). Dari tanah, misalnya lewat kaki merpati telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal. “Setelah menembus kulit, ia masuk ke pembuluh darah vena (balik), lalu menuju paru-paru. Nah, di paru-paru inilah muncul Sindroma Loffler. Merpati  jadi batuk seperti TBC , berdahak seperti asma. Ini termasuk ke dalam siklus perjalanan cacing.” Setelah itu, cacing menggigit dinding usus bertelur dengan cepat di usus. “Di usus inilah makanan dipecah Menjadi  nutrient (zat gizi elementer yang sudah bisa diserap oleh usus). Ini yang “dibajak” oleh cacing. Jadi, cacing itu memang berdomisili di usus, karena ia tidak bisa mencernakan sendiri makanan. Ia harus makan yang sudah setengah cerna.” Selain siklus normal, cacing juga bisa menyebar ke tempat-tempat lain, seperti hati atau bagian tubuh lain.

 

siklus cacing

 

Nutrisi Dibajak

Dampak cacingan ternyata tidak sepele. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga kecerdasan/ IQ loss. Dampak yang paling banyak adalah anemia atau kadar haemoglobin (Hb) rendah. Hb sangat vital bagi merpati .“HB berfungsinya seperti alat angkut, seperti truk, yang membawa oksigen dan makanan dari usus ke seluruh organ tubuh. Begitu pun pada merpati yang anemia. Suplai oksigen dan nutrient ke otak sedikit, ke ginjal sedikit.”

Padahal, merpati merpati yang sedang tumbuh membutuhkan banyak nutrient. “Nutrisi itu dibagi dua, yaitu makro nutrient (karbohidrat, lemak, protein, air) dan mikro nutrient (vitamin dan mineral). Nah, ini yang dibajak. Jadi, yang gemuk cacingnya, bukan merpatinya,” tandas . “Di dalam tubuh, cacing-cacing ini akan bermerpati lagi, lagi, dan lagi. Kadang-kadang, kalau menggumpal, bentuknya seperti bola. Bisa juga terj “erratic”, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.” Anemia membuat merpati gampang sakit karena tidak punya daya tahan. “Gimana mau sehat kalau zat-zat untuk membuat daya tahan, terutama protein, sudah dibajak di usus oleh cacing,” lanjutnya. Merpati juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi/kinerja akan turun.

Gejala Klinis

Gejala klinis akibat cacing pada merpati dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur merpati. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada merpati muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telur dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing

Berakibat fatal

Cacingan juga bisa berakibat fatal. “Bisa ke empedu, meski jarang, atau bikin usus bolong. Fatalnya memang tidak secara langsung, tapi karena fisiknya lemah, daya tahan turun, maka penyakit lain pun masuk. Nah, penyakit lain inilah yang bikin fatal.” Gejala cacingan biasanya ditandai dengan sakit perut, diare berulang, dan kembung. “Seringkali juga ada kolik yang tidak jelas dan berulang,” jelas . Kalau sudah parah, “Muka merpati akan tampak pucat dan badan kurus. Ini berarti sudah terjadi pemiskinan secara fisik”.

Di daerah tropis dan sub-tropis, apalagi di daerah yang sanitasinya buruk, hampir semua merpati pasti cacingan. Di tempat yang sangat kotor, prosentase cacingan pada merpati bahkan dipastikan bisa 100 persen.

“Jadi, nggak perlu diperiksa, pasti cacingan. Oleh karena itu, setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, merpati diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.

Merpati Dewasa Juga Cacingan

Merpati “dewasa” pun bisa cacingan. “Obat cacingnya untuk merpati dewasa diberikan 3-4 bulan sekali.” Yang membedakan cacingan pada merpati muda dan pada dewasa adalah, merpati muda masih tumbuh dan berkembang, sementara merpati dewasa sudah tidak lagi tumbuh dan berkembang. “Merpati dewasa juga masih bisa survive, bisa melawan sendiri cacing yang ada.” Yang harus dicermati adalah, kira-kira 60-80 persen penyakit yang terjadi pada usia dewasa dimulai di usia pertumbuhan. Misalnya, anemia kronis akibat cacingan. Ini akan membuat jumlah sel otak berkurang karena kekurangan nutrisi selama masa tumbuh kembang.

Akibatnya, ketika dewasa, kualitas fisik dan IQ merpati tersebut tentu akan berkurang juga. Contoh lain, ketika kecil terkena penyakit infeksi yang tidak ketahuan. “Setelah dewasa sakit ginjal, dan sebagainya.”

Tips Menghindari Cacingan

Biasakan merpati untuk dibersihkan kakinya dengan sabun, dan dimandikan. Potong kuku merpati secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing. Jaga kebersihan sanitasi lingkungan kandang merpati .

 

Cacing dan Jenis nya

Ada beberapa jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus merpati, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Tanpa kita sadari, telur cacing gelang dan cambuk sebenarnya ada di mana-mana. Di udara, telur cacing yang berbahaya ini bercampur dengan debu, lalu diterbangkan angin. Telur cacing ini bisa hinggap pada makanan atau minuman yang dibiarkan terbuka. “Jika makanan dan minuman itu dikonsumsi, maka ikut pula telur cacing itu. Dalam usus telur ini berkembang menjadi larva, untuk kemudian menjadi cacing dewasa.”

 

Setiap cacing memiliki ciri-ciri spesifik sebagai berikut :

 

Cacing Gelang

Warna : Merah muda atau putih

Besarnya : 20 – 30 cm

Hidup di : Usus kecil

Cacing gelang, misalnya, bisa mencapai panjang 15-35 cm, meski berada dalam perut merpati. Cacing ini juga mampu bertelur hingga 200.000 butir per hari, yang sebagian keluar bersama dengan tinja. Cacing ini adalah yang paling sering ditemukan.

Cara Penularannya:

  1. Telur cacing masuk melalui mulut
  2. Menetas di usus kecil menj larva
  3. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
  4. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus kecil dan menj dewasa di sana cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.

 

Cacing Cambuk

Warna : Merah muda atau abu-abu

Besarnya : 3 – 5 cm

Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya:

  1. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
  2. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
  3. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini

Sementara cacing cambuk (disebut begitu karena bentuknya seperti cambuk), panjangnya bisa mencapai  45 milimeter dan hidup dalam usus besar. Cacing ini, kalau mengeram dalam perut, bisa sangat merepotkan. Cacing ini bisa menyebabkan diare disertai ingus dan darah. Keadaan ini bisa berlangsung berbulan-bulan. Cacing cambuk menghisap sari makanan dan darah.

 

Cacing Tambang

Warna : Merah

Besarnya : 8 – 13 mm

Hidup di : Usus kecil

Cara Penularannya:

  1. Larva menembus kulit kaki
  2. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
  3. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk mengisap darah Lebih ganas lagi. Cacing ini menghisap darah dari dinding usus. Penularan cacing ini

melalui telur yang keluar bersama tinja, untuk kemudian menetas menjadi larva. Pada saat berjalan tanpa alas kaki, larva ini dapat menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus dan menetap di usus halus. Ukuran cacing ini paling kecil bila dibandingkan kedua cacing lainnya, hanya dapat mencapai 13 milimeter.

 

Cacing Kremi

Warna : Putih

Besarnya : 1 cm

Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya:

  1. Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
  2. Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini menyebar. Melalui kontak dengan kandang, tempat makan dan minuman, sarang, telur cacing keremi

dibawa ke tempat lain.

  1. Jika telur-telur ini termakan, terulanglah siklus ini.

Cacing keremi mudah sekali menular dan jika merpati terkena, seluruh keluarga merpati perlu diobati. Pada saat pengobatan, kandang, tempat makan dan minuman, dan sarang yang dipakai perlu dicuci.

 

Sayangnya, pemelihara maupun peternak merpati kerap salah mengerti. Banyak yang menganggap, kalau sudah makan obat cacing yang banyak dijual di pasaran, maka semua cacing dalam perut akan mati. Dengan demikian, tubuh pun akan bebas dari cacing selamanya. “Pada kemasan obat anti cacing umumnya tertulis, untuk menghindari/pencegahan cacingan, diharuskan minum obat itu sebanyak dua sampai tiga kali dalam setahun.  Minum obat cacing sifatnya hanya membuang cacing dari dalam tubuh, tapi tidak membuat tubuh kebal terhadap cacing”, meminum obat cacing bukanlah solusi untuk menghilangkan cacing. Cacing memang hilang, tapi hanya sementara waktu. Pada kesempatan lain ia akan berbiak lagi.

 

Berikut ini tips sederhana mengatasi dan mencegah penyakit cacingan :

  1. Jaga kebersihan kandang dengan baik, sehabis membersihkan kandang jangan buang kotoran merpati di sembarang tempat
  2. Cuci / bersihkan kaki merpati
  3. Cuci makanan merpati dengan bersih
  4. Air minum merpati gunakan air yang bersih ( air PDAM, air masak, air mineral)
  5. Menggunting kuku merpati untuk mencegah telur/larva cacing tidak menempel berkumpul di sela sela kuku dan untuk mencegah infeksi saat merpati menggaruk/mencakar tubuh sehingga telur cacing dapat masuk dari luka tersebut
  6. Simpan makanan di tempat yang terlindungi dari kontaminasi pencemaran
  7. Rutin menyemprot kandang merpati dengan disinfektan

8.Rutin pemberian obat cacing setiap 3-6 bulan sekali untuk pencegahan (untuk pengobatan dapat diberikan 2 minggu sekali selama lebih dari 35 hari.

 

Natural herbal untuk cacingan

 

Ramuan I

Bahan : biji pepaya masak 1 mangkok

Cara pembuatan : biji pepaya dikeringkan, lalu digilng sampai halus.

Cara pemakaian : dosisi seperti pada bubuk biji lantoro, dicampur air atau bubur bayi, dan diminum/dispet sebelum makan.

 

Ramuan II

Bahan : biji lantoro mentah 1 mangkuk dan susu cair secukupnya.

Cara pembuatan : biji lantoro disangrau dan ditumbuk halus

Cara pemakaian : untuk merpati dewasa 1 sendok teh biji lantoro dicampur air atau bubur bayi sebanyak 2 sendok

makan, diminum/dispet 2 jam sebelum makan . Merpati usia 1-6 bln, 1/4 sendok teh, 2 jam sebelum makan

malam. Sementara itu, merpati 10-12 tahun 1/2 sendok teh 2 jam sesudah makan malam. Bisa pula lantoro segar

1 genggam dimakan langsung dan jika perlu diulangi seminggu sekali.

 

Obat medis ,

Disarankan anjuran dokter hewan agar diukur berdasarkan berat badan dan kondisi kesehatan, umur  merpati . Atas dasar beberapa pertimbangan baik berat merpati, perbandingan rata rata umur manusia dibandingkan merpati 15/75 = 1/5 dan beberapa pertimbangan lainnya serta tindakan yang telah dilakukan selama beberapa belas tahun terhadap beberapa merpati. Penulis memberikan obat seperti dibawah ini :

-Obat cacing khsusus  unggas

-Mebendazole ( 8 mg) atau 1/5 sd 1/8 ukuran orang dewasa tergantung kondisi dan berat merpati

-Vermox ( 8 mg) atau 1/5 sd 1/8 ukuran orang dewasa tergantung kondisi dan berat merpati

-Combantrine sirup ( 5 ml)

-Upixon sirup ( 5ml )