Category Archives: Performance

SISTEM PERNAFASAN BURUNG MERPATI

Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda.

Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran, dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.

Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi.Dalam hal burung, bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru…. Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa pun.

Aliran udara searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi.

Semakin tinggi seekor burung terbang maka semakin tipis/sedikit oksigen yang tersedia di udara maka paru-paru burung harus dapat memasok sejumlah besar oksigen yang dibutuhkan untuk terbang.

Burung memiliki alat pernapasan berupa paru-paru dan kantong-kantong udara berdinding tipis yang terhubung dengan paru-parunya. Ketika kantong-kantong udara digembungkan, tubuh burung sangat ringan. Kantong udara itu juga digunakan oleh burung untuk mengambil oksigen sebanyak mungkin.

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau kantung-kantung udara berselaput tipis (air sacs/sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.Di kantung-kantung udara (air sacs) tidak terjadi difusi gas pernapasan; kantung-kantung udara hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya kantung-kantung udara maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Kantung-kantung udara terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).

Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antar tulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke kantung-kantung udara sebagai cadangan udara.

Mekanisme Pernafasan
Proses pernapasan pada saat burung tidak terbang. Pada saat otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah. Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara yang kaya dengan oksigen masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam kantung-kantung udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari kantung-kantung udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru.

Proses pernapasan pada saat burung terbang.
Udara pada kantung-kantung udara dimanfaatkan hanya pada saat udara di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung udara di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung udara masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.

Ketika burung terbang gerakan otot dada dapat mengganggu pengambilan oksigen oleh paru-paru. Karena itu, selain dengan bernapas dengan paru-paru, pada saat terbang burung bernapas dibantu dengan kantong udara ( air sacs ).

Kantong udara mempunyai fungsi :

  1. Membantu pernapasan pada waktu terbang.
  2. Membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara.
  3. Menyelubungi alat-alat dalam rongga tubuh hingga tidak kedinginan.
  4. Membantu mencegah hilangnya panas badan yang terlalu besar.

Kecepatan Bernafas Kecepatan bernafas pada bangsa burung tergantung pada ukuran badan, seks, rangsangan, dan berbagai faktor lain. Pada umumnya bangsa burung yang lebih kecil mempunyai kecepatan (frekuensi) pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih besar, misalnya pada bangsa unggas jantan seperti merpati, itik, angsa, kalkun, dan anak ayam adalah 28, 42, 20, 28, dan 16 kali/menit secara berturut-turut; sedangkan yang betina 16, 110, 40, 49, dan 28 secara berturut-turut. Kecepatan bernafas bertambah bila suhu badan meningkat. Pada anak ayam yang suhu badannya 43,5oC – 44,5oC , kecepatannya bisa mencapai 140 – 170 kali/menit

Pernafasan Selama Terbang
Persediaan dan kecepatan oksigen (O2) berdifusi dalam paru-paru sangat penting artinya burung pada waktu terbang. Pada waktu terbang konsumsi oksigen bisa 10 – 15 kali lebih banyak dibandingkan dengan pada keadaan istirahat. Konsumsi itu juga tergantung pada kecepatan terbang. Pada kecepatan terbang 35 km/jam, oksigen yang diperlukan rata-rata 21,9 ml/g/jam atau 12,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak terbang, dan pada kecepatan terbang 40 km/jam konsumsi oksigen 23ml/g/jam.

Konsumsi oksigen paling tinggi pada waktu terbang menaik dan paling rendah pada waktu terbang menurun. Beberapa peneliti mengasumsikan bahwa pernafasan (aliran udara paru-paru) ada hubungan (sinkronisasi) dengan berbagai gerakan sayap pada waktu terbang. Pada waktu sayap bergerak ke bawah, terjadi ekspirasi.

NB :

Inspirasi : udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya tekanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara.

Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar.

PIGEON PERFORMANCE

 

Semua burung telah diciptakan dilengkapi dengan cara terbang yang memanfaatkan angin. Karena terbang membutuhkan energi yang besar, burung telah diciptakan dengan otot dada yang kuat, jantung yang besar dan kerangka yang ringan. Tingkat energi yang tinggi yang diperlukan oleh burung untuk terbang dihasilkan oleh metabolisme tubuh yang cepat ini. Bukti kehebatan penciptaan pada burung tidak berhenti pada tubuhnya saja. Banyak burung yang diilhami untuk menggunakan cara tertentu yang menurunkan energi dan berat badan secara cepat pada saat yang diperlukan. Semua kelebihan yang dimiliki seekor burung merpati membentuk suatu kesatuan kompak yang menciptakan performance dari seekor merpati.

Pigeon performance suatu kinerja atau hasil kerja/prestasi dari seekor merpati (panjangnya) adalah kemampuan seekor merpati yang memiliki beberapa keunggulan seperti gaya terbang yang bagus, mampu terbang cepat, mampu terbang tinggi, mampu terbang dalam waktu yang lama, mampu menukik/terjun dengan sangat cepat, dan mampu mendarat/landing dengan sempurna. Serta memiliki kecerdasan/intellegence yang bagus, naluri/karakter/mental tanding/gameness yang bagus, serta memiliki fisik/anatomy yang bagus pula. Sehingga tercapainya suatu prestasi (hasil kerja/kinerja) berkualitas dan kuantitas dari seekor merpati yang dicapai melalui proses yang efektif dan efisien.
Pigeon Performance (singkatnya) tercapainya suatu prestasi (hasil kerja/kinerja) berkualitas dan kuantitas dari seekor merpati yang dicapai melalui proses yang efektif dan efisien.

 

Faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seekor merpati :

  1. Genetic Determinism, yaitu faktor dari genetik atau keturunan/gen dari bapak,ibu,kakek,maupun neneknya.
  2. Psychologist Determinism, yaitu faktor latihan/traning yang diberikan terhadap seekor merpati (metoda perawatan,metoda pelatihan,joki,tukang rawat,burung pelatih/gandengan/untulan,dsb).
  3. Environment Determinism, yaitu faktor lingkungan atau komunitas burung-burung di sekitar dan kebersihan kandang maupun rumah merpati,faktor geografis dimana burung dipelihara atau dilatih,dll. Contoh daerah pengunungan,pantai,cuaca panas,cuaca dingin, angin kencang, angin tdk kencang, dst.
Yang mendorong atau membuat seekor merpati dapat terbang tinggi cukup banyak faktornya baik faktor eksternal maupun faktor internal, untuk faktor eksternal adalah termasuk dalam circle of concern (faktor yang tidak dapat dipengaruhi secara langsung, contohnya keadaan cuaca, faktor geografis,faktor angin,dsb) sedangkan untuk faktor internal termasuk ke dalam circle of influence (faktor yang dapat dipengaruhi secara langsung) akan tetapi kembali kita coba minimize faktor internal yang dominan pengaruhnya terhadap seekor merpati yaitu;
  • Kecerdasan merpati.
  • Karakter merpati.
  • Anatomi merpati.

Yang saya sebut sebagai “3 CORE VALUES”

Performance Pigeon 1

Banyak artikel dan buku tentang merpati yang memberikan tips, teknik, dan strategi mengenai bagaimana merawat, dan melatih seekor merpati dengan baik untuk mencapai suatu prestasi/performance yang memuaskan begitu pun banyak artikel dan buku yang memberikan tips, metode, dan cara-cara bagaimana mengembang biakan merpati sehingga menghasilkan calon-calon merpati juara baru yang sesuai dengan keinginan para peternak. Akan tetapi ada 3 pilar kekuatan (core values) yang patut kita pahami lebih jelas.
Seperti yang kita ketahui bahwa merpati adalah mahluk yang diberikan talenta / kelebihan yang cukup banyak dan merpati sudah dikenal cukup lama bahkan sejak sebelum masehi menjadi teman manusia sebelum anjing  (sumber : 21 amazing facts about pigeon). Dari sekian banyak kelebihan yang dimiliki oleh merpati tetap semua kelebihan itu akan kembali kedalam 3 pilar kekuatan.
Sebelum melangkah lebih jauh selayaknya kita satukan persepsi dan perlu mengetahui bahwa kinerja / performance seekor merpati sangat ditentukan oleh 3 pilar kekuatan (core values) yang penting yang saling mengisi dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga tercipta suatu kinerja / performance yang bagus, yaitu :
  1. Kecerdasan / Intelligent. Suatu kekuatan otak / kecerdasan yang membuat membuat seekor merpati mampu mengingat jalan pulang ke kandang walaupun dilepas dalam jarak yang cukup jauh, dan sebagainya.
  2. Karakter mental / naluri / Gameness / Attitude. Suatu kekuatan mental tanding yang membuat seekor merpati mampu membalikkan keadaan kalah / terjepit menjadi menang (gameness), pantang menyerah, berani, mudah beradaptasi dengan lingkungan, setia dan pe-cemburu, semangat yang tinggi, mau / mudah dilatih, dan sebagainya.
  3. Fisik / Anatomy .Suatu kekuatan fisik dalam pengertiannya adalah fisik luar dan fisik dalam / internal and external organ yang membuat seekor merpati mampu terbang dalam waktu yang lama, mampu terbang dengan cepat. Contohnya fisik luar yaitu memiliki bulu sayap dan ekor yang baik dan bagus, mata yang baik, otot yang kuat dan fleksibel , dan sebagainya. Sedangkan fisik dalam yaitu tulang yang kuat dan ringan, jantung yang baik, paru-paru yang bagus, dan sebagainya, serta pencernaan bagus yang menunjang metabolisme tubuh seekor merpati yang sangat cepat dibandingkan dengan mahluk yang lain, metabolisme yang cepat ini bertujuan untuk menghasilkan energi yang cukup besar dipakai merpati untuk terbang.
Ketiga pilar kekuatan diatas sangat menentukan kinerja / performance dari seekor merpati, kemudian kita  juga perlu ketahui bahwa ketiga pilar kekuatan tersebut sangat ditentukan atau dipengaruhi oleh 3 faktor penting yang lainnya, yaitu :

Seperti banyak dikatakan “CHAMPION NOT BORN,… BUT BREED!”.

 

PERFORMANCE BREED SUMMARY

CHAMPION NOT BORN,… BUT BREED !!!

It’s all about Three Core Values :

  1. Genetic Determinism
  2. Psychology Determinism
  3. Environment Determinism

Pigeon Performance :

INPUT x PROCESS = OUTPUT, so many fanciers focus on input and outputs only, they forget the process to get a good pigeon.

Fancier must understand the conditions that can be controlled and conditions that can not be controlled.

  • Controlled Condition
  • Uncontrolled Condition

KEMAMPUAN MERPATI UNTUK TERBANG TINGGI

Selain dari faktor genetic, faktor psychologist, dan faktor environment yang dapat mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati ada faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi , terbang cepat, terbang dalam waktu yang lama, mampu bermanuver di udara lalu terjun kebawah dengan sangat cepat serta landing yang sempurna yaitu dilihat dari beberapa faktor anatomi yang cukup dominan :
  1. Faktor bobot tubuhnya harus se ringan mungkin.
  2. Faktor kerangka tulang yang kuat dan ringan.
  3. Faktor otot yang baik/kering (tidak berlemak).
  4. Faktor bulu yang baik, bulu sayap dan ekor yang kuat tebal dan rapat, juga harus memiliki lapisan minyak yang cukup untuk membuat bulu kedap udara,membuat bulu tidak mudah basah karena hujan,dapat menjaga suhu tubuh.
  5. Memiliki nafas yang baik, memiliki paru-paru yang bagus karena untuk terbang tinggi memerlukan tenaga yang cukup besar untuk melawan/menerpa arus angin, kemudian bila diatas langit semakin tinggi maka semakin tipis oksigen yang tersedia oleh karena itu harus memiliki -paru yang bagus.
  6. Harus memiliki mata yang tajam sehingga dapat melihat dalam jarak jauh ( Burung buta tidak akan dapat terbang, burung yang memiliki mata rabun,dsb,tidak dapat terbang tinggi).
  7. Memiliki kaki yang cukup kuat dan panjang agar mampu landing dengan sempurna di darat.
  8. Faktor keseimbangan tubuh yang baik untuk bermanuver di udara dan terjun kebawah.
  9. Faktor kekuatan dan tenaga yang dihasilkan dari pencernaan yang baik dan metabolisme tubuh yang cepat.